Konsep Belajar Tuntas
Belajar tuntas (Mastery learning) adalah proses
belajar mengajar yang bertujuan agar bahan ajaran dikuasai secara
tuntas, artinya dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Belajar tuntas ini
merupakan strategi pembelajaran yang diindividualisasikan dengan
menggunakan pendekatan kelompok (group based approach)
Dengan system belajar tuntas diharapkan program
belajar mengajar dapat dilaksanakan sedemikian rupa agar tujuan
instruksional yang hendak dicapai dapat diperoleh secara optimal
sehingga proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien. Secara
operasional perwujudannya adalah: Nilai rata-rata seluruh siswa dalam
satuan kelas dapat ditingkatkan dan jarak antara siswa yang cepat dan
lambat belajar menjadi semakin pendek.
Dasar-dasar Belajar Tuntas
Landasan konsep dan teori belajar tuntas ( Mastery Learning Theory ) adalah pandangan tentang kemampuan siswa yang dikemukakan oleh John B. Carroll pada tahun 1963 berdasarkan penemuannya yaitu “Model of School Learning” yang kemudian dirubah oleh Benyamin S. Bloom menjadi model belajar yang lebih operasional. Selanjutnya oleh James H. Block model tersebut lebih disempurnakan lagi.
Sedangkan menurut Carroll bakat atau pembawaan
bukanlah kecerdasan alamiah, melainkan jumlah waktu yang diperlukan oleh
siswa untuk menguasai suatu materi pelajaran tertentu. Benyamin
melaksanakan konsep belajar tuntas itu ke dalam kelas melalui proses
belajar mengajar pelaksanaaannya sebagai berikut :
-
Bagi satuan pelajaran disediakan waktu belajar yang tetap dan pasti.
-
Tingkat penguasaan materi dirumuskan sebagai tingkat penguasaan tujuan pendidikan yang essensial.
Untuk lebih menggalakkan konsep belajar tuntas James H. Block
mencoba mengurangi waktu yang diperlukan untuk mempelajari suatu materi
pelajaran di dalam waktu yang tersedia, yaitu dengan cara meningkatkan
semaksimal mungkin kualitas pengajaran.
Jadi pelaksanaan oleh James H Block mengandung arti bahwa :
-
Waktu yang sebenarnya digunakan diusakan diperpanjang semaksimal mungkin.
-
Waktu ytang tersedia diperpendek sampai semaksimal mungkin dengan cara memberikan pelayanan yang optimaldan tepat.
Strategi Belajar Tuntas
Benyamin S. Bloom (1968) di dalam kertas kerjanya “learning for mastery theory and practice” mengembangkan atau mengoperasionalkan “model of school learning”
konsep John B Carroll (1963). Pengembangan itu berupa penyusunan suatu
strategi belajar tuntas dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
Pada pokoknya satrategis itu ialah “jika kepada siswa
diberikan waktu yang cukup (sufficient) dan mereka diperlakukan secara
tepat (appropriate treatment), maka mereka akan mampu dan dapat belajar
sesuai dengan tuntutan dan sasaran (obyektives) yang diharapkan”.
Selanjutnya menurut Bloom beberapa implikasi belajar tuntas dapat disebutkan sebagai berikut :
-
Dengan kondisi optimal, sebagian besar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara tuntas (mastery learning).
-
Tugas guru adalah mengusahakan setiap kemungkinan untuk menciptakan kondisi yang optimal, meliputi waktu, metode, media dan umpan yang baik bagi siswa.
-
Yang dihadapi guru adalah siswa-siswa yang mempunyai keanekaragaman individual. Karena itu kondisi optimal mereka juga beraneka ragam.
-
Perumusan tujuan instruksional khusus sebagai satuan pelajaran mutlak diperhatikan, agar supaya para siswa mengerti hakikat tujuan dan prosa dan belajar.
-
Bahan pelajaran dijabarkan dalam satuan-satuan pelajaran yang kecil-krcil dan selalu diadakan pengujian awal (pretest) pada permulaan pelajaran dan penyajian akhir (posttest) pada akhir satuan akhir pelajaran.
-
Diusahakan membentuk kelompok-kelompok yang kecil (4-6 orang) yang dapat berteman secara teratur sehingga dapat saling membantu
-
dalam memecahkan kesulitan-kesulitan belajar siswa secara efektif dan efisien.
-
Sistem evaluasi berdasarkan atas tingkat penguasaan tujuan instruksional khusus bagi materi pelajaran yang bersangkutan yaitu menggunakan “criteria referenced test” bukannya “norm referenced test”.
Ciri-ciri belajar/mengajar dengan prinsip Belajar Tuntas
Pada dasarnya ada enam macam ciri pokok pada belajar/mengajar dengan prinsip belajar tuntas, yaitu :
-
Berdasarkan atas tujuan instruksional yang hendak dicapai yang sudah ditentukan lebih dahulu
-
Memperhatikan perbedaan individu siswa (asal perbedaan) terutama dalam kemampuan dan kecepatan belajarnya
-
Menggunakan prinsip belajar siswa aktif
-
Menggunakan satuan pelajaran yang kecil
-
Menggunakan system evaluasi yang kontinyu dan berdasarkan atas kriteria, agar guru maupun siswa dapat segera memperoleh balikan
-
Menggunakan program pengayaan dan program perbaikan.
Variabel-variabel Belajar Tuntas
-
Bakat siswa (aptitude) : Hasil penelitian menunjukan bahwa ada korelasi yang cukup tinggi antara bakat dengan hasil pelajaran
-
Ketekunan belajar (perseverance) : Ketekunan erat kaitannya dengan dorongan yang timbul dalam diri siswa untuk belajar dan mengolah informasi secara efektif dan efisien serta pengembangan minat dan sikap yang diwujudkan dalam setiap langkah instruksional.
-
Kualitas pembelajaran (quality of instruction) : Kualitas pembelajaran merupakan keadaan yang mendorong siswa untuk aktif belkajar belajar dan mempertahankan kondisinya agar tetap dalam keadaan siap menerima pelajaran.Kualitas pembelajaran ditentukan oleh kualitas penyajian, penjelasan, dan pengaturan unsure-unsur tugas belajar
-
Kesempatan waktu yang tersedia (time allowed for learning) : Penyediaan waktu yang cukup untuk belajar dalam rangka mencapai tujuan instruksional yang ditetapkan dalam suatu mata pelajaran, bidang studi atu pokok bahasan yang berbeda-beda sesuai dengan bobot bahan pelajaran dan tujuan yang ditetapkan.
Kesimpulan
Teori belajar tuntas ( Mastery Learning Theory )
merupakan salah satu usaha dalam pembaharuan pendidikan yang bertujuan
untuk meningkatkan motivasi serta usaha belajar siswa agar siswa dapat
mencapai tingkat ketuntasan ( Mastery Level ).
Belajar tuntas (Mastery learning) adalah proses
belajar mengajar yang bertujuan agar bahan ajaran dikuasai secara
tuntas, artinya dikuasai sepenuhnya oleh siswa.
Dengan sistem belajar tuntas diharapkan program
belajar mengajar dapat dilaksanakan sedemikian rupa agar tujuan
instruksional yang hendak dicapai dapat diperoleh secara optimal
sehingga proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
-
Anni, Catharina, Tri, dkk, Dra, M.Pd. 2004. Psikologi Belajar. Semarang. UPT UNNES Press.
-
Joyce, B. dan Well, M. 1986. Models of Teaching. Englewood, N.J, Prentice-Hall.
-
Sugandi, Achmad, Drs, M.Pd. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang. UPT UNNES Press.
-
Suharyono, dkk. 1991. Strategi Mengajar I. Semarang. IKIP Semarang.
-
Syafii, drs, M.Pd. 2006. Konsep dan Model Pembelajaran Seni Rupa. Semarang. Bahan Ajar Tertulis.
0 komentar :
Posting Komentar